Tentang gejolaknya
jhingga
Dari mulai jingga menyapa di kesejukan embun yang masih
tersisa hingga jingga melambai senja dan malam tergantikan dengan dingin yang
menusuk daging bersama malam temaram dan bohlam mulai dihidupkan, sepanjang
jalan dan teras teras hingga kendaraan yang memancarkan cahaya setiap
perjalanan. dia masih tetap menunggu pelangi menyapa yang tertelan gulitanya
malam, mungkin hanya beberapa bintang yang akan menemani itupun jikalau ia
melihat lewat balik kaca jendela, atau terangnya rembulan yang maya oleh
terangnya lampu neon yang tak lagi berwarna jingga yang temaram dan remang
namun dengan neon yang putih cerah terang benderang.
Hari ini lebaran hari ke 3 , itu pertanda tanggal 3 syawal
1435H , tepatnya tanggal 30 Juli 2014, owh tidak, kamu sedikit melupakan atau
memang dia yang terlupakan, tidak tidak tepat seperti itu, hanya waktu. Waktu
kini terus berputar yang seharusnya sekrang ini merasa bahagia dikarenakan hari
raya idul fitri hampir semua bahagia dan merasakan kembali menjadi bayi suci
yang tak berdosa, yah itu adalah sudah menjadi catatan, lalu apakah semua
merasakan hal itu?, saya rasa tidak, itu dahulu ya memang dahulu ketika masih
dini dan kecil masih merasakan lamanya ketika berpuasa di bulan Ramadhan
menunggu magrib untuk berbukja dari mulai adzan shubung berkumandang, hingga
tengah hari yang penat dan terik panas matahari menyengat, hal yang ditunggu
adalah adzan magrib. Berusaha untuk tidak ada satupun yang terlewatkan selama
satu bulan full inginnya penuh berpuasa, ya aku ingat sekali dengan jelas dulu
ketika masih akubelum sekolah, di dalam keluarga kedua orang tua ku sudah
mengajarkan pada anak-anaknya untuk menjalan ibadah yang sudah diwajibkan
maupun di shunahkan. Aku masih ingat denganjelas ketika belum memasuki sekolah,
aku sudah berpuasa, berlatih hingga magrib tib, hingga jingga melambaikan
perpisahan sore yang digantikan gelapnya malam, ya walaupun terkadang sesekali
aku pernah suatu ketika di siang hari yang sangat panas, aku tak ingat berapa
umurku waktu itu, yang pasti aku belum sekolah, aku bermain main bersama
teman-temanku, di halaman rumah yang lumayan cukup lapang tepat di bawah pohon
serri(karsen) bersepeda ria, berlari, bercanda, masak-masakan, apapun hal yang
dapat membahagiakan masa anak-anak, panas terik di bagian Indonesia timur
tepatnya di desa jerili, seberang kota
ambon provinsi Maluku Tengah bisa dibayangkan suhu udara disana sangat panas,
di pertengahan permainan dengan tanpa bersalah aku berkata pada temanku “beta
mau ka balakang dulu e, kancing dolo’ mereka mengangguk. Maklum aku terlahir di
Maluku tengah bersama kakak diatas ku,
sementara dua kakak diatasku lagi lahir di kota bandung dan kota
cilacap, sangat berbeda antara dua saudara yang terlahir di pulau jawa dan
pulau ambon, dari warna kulit sudah sangat kontras. Ya itulah keberagaman namun
satu hal yang selau menjadi pedoman bahwa kami terhir dari rahim yang sama,
tumbuh dari akar yang sama . ya kembalinya aku dari belakng , aku tak hanya
mmebuang air kecil namun dengan rasa haus ku aku melihat tempat air masak yang
diletakkan di dalam ember besar (gentong), ya dengan mengambil segelas ku teguk
hingga dahaga ku hilang. Dahaga ku memang hilang, namun hanya sesaat, dan
taukah kalian?? Rasa bersalahku rasa kecewa yang menghantui, namun karena masih
kanak0-kanak aku teringat kebali akan teman teman yang meungggu ku di halaman
rumah, terus bermain, hingga sore hari, dan kita berpisah .
Matahari kin itertutuawan dan mulai tergelincir, warna
jingga diufuk senja kulihat, dan hal yang kun anti adalah adzan margib ya
kurasa semua menanti itu ketika bulan Ramadhan, apalagi anak seusia ku pada
waktu itu.
Dengan terus terpikirkan akan siang tadi, aku dan keluarga
menikmati buka puasa dengan kolak dan minuman segar, diteruskan sholat
berjamaah, dan sebelum siap siap beranjak ke masjid baru memakan nasi atau
terjadang kami makan ba’da tarawih ya sungguh sangat kurindukan masa masa itu.
Karena terus terfikirkan , aku jujur berkata pada kedua
orang tua ku dan saudara saudaraku bahwa hari ini aku berpuasa bedug. Ku fikir
awalnya aku akan di marahi namun jauh meleset dari prasangka buruk ku, keluarga
ku berkata, ya taka pa , masih kecil, jika esok telah besar atau baligh aku tak
boleh demikian lagi, huuuuhh leganya aku dalam batinnku berkata, namun aku harus
tetap belajar dan tak boleh mengulangi hal itu lagi, walau aku masih berumur
yang sangat kecil belum sekolah, entah
berpaa umur ku kala itu, yang pasti yang ku ingat adalah aku belum
memasuki sekolah seperti temen tman spermainan ku yang sudah rata rata bersekolah.
Ya hal yang ditunggu adalah ketika malam takbran dan semua
sibuk mengecatr ruamh, membersihkan segalanya, mulai dari halaman hingga
pekarangan belakang, semua sudut sudut tak terlihat sedikit pun sarang
laba-laba, kue kue telah siap di meja dengan berbagai macam rasa dan warna
serta bentuk dan aneka toples toples terisi penuh, ketupat yang bergelantung,
dengan opor dan berbgai macam nakanan lainnya. Dan hal yang paling
menggembirakan adalah memakai baju baru dan berbondng-bondong menuju masjid atauterkadang
lapangan untuk melakukanshalat id bersama.
Yaaahh.. itu dahulu ketika aku masih sangat tak peduli
dengan apapun yang berruursan dengan orang dwasa yang kini kurasakan, yang aku
rasakan ketika masih kecil adalah menanti adzaan margin dan suara takbir yang
mengagumkan , yang memubat degup jhantung berdegup lebih kencang yang membuatku
semakin cinta pada-NYa, nabiNya dengan tanpa alasan apapun.
Tak seperti sekarang ketika tela dwasa aku harus mau tak mau
memikirkan segala hal yang memang harus aku hadapi, tak ada permainan lagi,
seglaanya sangat membosankan, bulan Ramadhan pun terasa sangat singkat, takbir
di kumandangkan seakan hanya simbol,pakaian baru, sajian aneka ragam kue,
masakan semuanya sangat membosankan, entahlah, apakah karena aku yang banyak
dosa atau karena aku yang lalai akan keindahan dunia , apakah hati yang sudah
terpenuihi oleh kecanggihan tekhnoologi apakah pendidikan dan ilmu yagn sudah
beragam yang kupelajari, sehingga bukannya semakin dekat denganNya akan tetapi
membuatku terasa jauh dariNya,
Hal yang selalu aku harapkan asegala yang telah aku tahu aku
hanya ingin agar aku semakin dekat padaNya bukan hanhya untuk aku tetapi semua
orang yang sudah tak ada kata permainan lagi, akan tetapi segalanaya seolah
permainan.
Mengatasnamakan identitas bersama tetapi ternyata hanya
keperluan pribadim ya sama halnya dengan aku, yang masih tak mengerti mengapa
semua yang seharusnya tak ada permainan lagim tetaapi semua layaknya permainan
mereka jadikan itu pengganti mas akecil?/// entahlah aku hanya berharap DIA
masih dan terus memlukku merengkuh dan sealu menjaga aku dari apaapun. Istighfar
…

“Barang siapa
lepaskan dari seorang muslim datu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan
dunia, niscaya Allah lepaskan-dia daripada satu kesusahan daripada
kesusahan-kesusahan akhirat; dan barang siapa member kelonggaran kepada seorang
yang susah, niscaya Allah member kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan
barang siapa menurup seorng muslim (aib) niscaya Allah tutup dia di dunia dan
akhirat; dan Allah menolong seseorang selama ia menolong saudaranya”. (HR. Bukhari
– Tarjamah Bulughul marram ; Ibnu Hajar Al-‘Asqalani hal. 669 ; penerbit
dipenogoro bandung. 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar