apa yang anda pikirkan?

Selasa, 17 Februari 2015

Tentang gejolaknya Jingga



Tentang gejolaknya jhingga
Dari mulai jingga menyapa di kesejukan embun yang masih tersisa hingga jingga melambai senja dan malam tergantikan dengan dingin yang menusuk daging bersama malam temaram dan bohlam mulai dihidupkan, sepanjang jalan dan teras teras hingga kendaraan yang memancarkan cahaya setiap perjalanan. dia masih tetap menunggu pelangi menyapa yang tertelan gulitanya malam, mungkin hanya beberapa bintang yang akan menemani itupun jikalau ia melihat lewat balik kaca jendela, atau terangnya rembulan yang maya oleh terangnya lampu neon yang tak lagi berwarna jingga yang temaram dan remang namun dengan neon yang putih cerah terang benderang.
Hari ini lebaran hari ke 3 , itu pertanda tanggal 3 syawal 1435H , tepatnya tanggal 30 Juli 2014, owh tidak, kamu sedikit melupakan atau memang dia yang terlupakan, tidak tidak tepat seperti itu, hanya waktu. Waktu kini terus berputar yang seharusnya sekrang ini merasa bahagia dikarenakan hari raya idul fitri hampir semua bahagia dan merasakan kembali menjadi bayi suci yang tak berdosa, yah itu adalah sudah menjadi catatan, lalu apakah semua merasakan hal itu?, saya rasa tidak, itu dahulu ya memang dahulu ketika masih dini dan kecil masih merasakan lamanya ketika berpuasa di bulan Ramadhan menunggu magrib untuk berbukja dari mulai adzan shubung berkumandang, hingga tengah hari yang penat dan terik panas matahari menyengat, hal yang ditunggu adalah adzan magrib. Berusaha untuk tidak ada satupun yang terlewatkan selama satu bulan full inginnya penuh berpuasa, ya aku ingat sekali dengan jelas dulu ketika masih akubelum sekolah, di dalam keluarga kedua orang tua ku sudah mengajarkan pada anak-anaknya untuk menjalan ibadah yang sudah diwajibkan maupun di shunahkan. Aku masih ingat denganjelas ketika belum memasuki sekolah, aku sudah berpuasa, berlatih hingga magrib tib, hingga jingga melambaikan perpisahan sore yang digantikan gelapnya malam, ya walaupun terkadang sesekali aku pernah suatu ketika di siang hari yang sangat panas, aku tak ingat berapa umurku waktu itu, yang pasti aku belum sekolah, aku bermain main bersama teman-temanku, di halaman rumah yang lumayan cukup lapang tepat di bawah pohon serri(karsen) bersepeda ria, berlari, bercanda, masak-masakan, apapun hal yang dapat membahagiakan masa anak-anak, panas terik di bagian Indonesia timur tepatnya di desa jerili,  seberang kota ambon provinsi Maluku Tengah bisa dibayangkan suhu udara disana sangat panas, di pertengahan permainan dengan tanpa bersalah aku berkata pada temanku “beta mau ka balakang dulu e, kancing dolo’ mereka mengangguk. Maklum aku terlahir di Maluku tengah bersama kakak diatas ku,  sementara dua kakak diatasku lagi lahir di kota bandung dan kota cilacap, sangat berbeda antara dua saudara yang terlahir di pulau jawa dan pulau ambon, dari warna kulit sudah sangat kontras. Ya itulah keberagaman namun satu hal yang selau menjadi pedoman bahwa kami terhir dari rahim yang sama, tumbuh dari akar yang sama . ya kembalinya aku dari belakng , aku tak hanya mmebuang air kecil namun dengan rasa haus ku aku melihat tempat air masak yang diletakkan di dalam ember besar (gentong), ya dengan mengambil segelas ku teguk hingga dahaga ku hilang. Dahaga ku memang hilang, namun hanya sesaat, dan taukah kalian?? Rasa bersalahku rasa kecewa yang menghantui, namun karena masih kanak0-kanak aku teringat kebali akan teman teman yang meungggu ku di halaman rumah, terus bermain, hingga sore hari, dan kita berpisah .
Matahari kin itertutuawan dan mulai tergelincir, warna jingga diufuk senja kulihat, dan hal yang kun anti adalah adzan margib ya kurasa semua menanti itu ketika bulan Ramadhan, apalagi anak seusia ku pada waktu itu.
Dengan terus terpikirkan akan siang tadi, aku dan keluarga menikmati buka puasa dengan kolak dan minuman segar, diteruskan sholat berjamaah, dan sebelum siap siap beranjak ke masjid baru memakan nasi atau terjadang kami makan ba’da tarawih ya sungguh sangat kurindukan masa masa itu.
Karena terus terfikirkan , aku jujur berkata pada kedua orang tua ku dan saudara saudaraku bahwa hari ini aku berpuasa bedug. Ku fikir awalnya aku akan di marahi namun jauh meleset dari prasangka buruk ku, keluarga ku berkata, ya taka pa , masih kecil, jika esok telah besar atau baligh aku tak boleh demikian lagi, huuuuhh leganya aku dalam batinnku berkata, namun aku harus tetap belajar dan tak boleh mengulangi hal itu lagi, walau aku masih berumur yang sangat kecil belum sekolah, entah  berpaa umur ku kala itu, yang pasti yang ku ingat adalah aku belum memasuki sekolah seperti temen tman spermainan ku yang sudah rata rata bersekolah.
Ya hal yang ditunggu adalah ketika malam takbran dan semua sibuk mengecatr ruamh, membersihkan segalanya, mulai dari halaman hingga pekarangan belakang, semua sudut sudut tak terlihat sedikit pun sarang laba-laba, kue kue telah siap di meja dengan berbagai macam rasa dan warna serta bentuk dan aneka toples toples terisi penuh, ketupat yang bergelantung, dengan opor dan berbgai macam nakanan lainnya. Dan hal yang paling menggembirakan adalah memakai baju baru dan berbondng-bondong menuju masjid atauterkadang lapangan untuk melakukanshalat id bersama.
Yaaahh.. itu dahulu ketika aku masih sangat tak peduli dengan apapun yang berruursan dengan orang dwasa yang kini kurasakan, yang aku rasakan ketika masih kecil adalah menanti adzaan margin dan suara takbir yang mengagumkan , yang memubat degup jhantung berdegup lebih kencang yang membuatku semakin cinta pada-NYa, nabiNya dengan tanpa alasan apapun.
Tak seperti sekarang ketika tela dwasa aku harus mau tak mau memikirkan segala hal yang memang harus aku hadapi, tak ada permainan lagi, seglaanya sangat membosankan, bulan Ramadhan pun terasa sangat singkat, takbir di kumandangkan seakan hanya simbol,pakaian baru, sajian aneka ragam kue, masakan semuanya sangat membosankan, entahlah, apakah karena aku yang banyak dosa atau karena aku yang lalai akan keindahan dunia , apakah hati yang sudah terpenuihi oleh kecanggihan tekhnoologi apakah pendidikan dan ilmu yagn sudah beragam yang kupelajari, sehingga bukannya semakin dekat denganNya akan tetapi membuatku terasa jauh dariNya,
Hal yang selalu aku harapkan asegala yang telah aku tahu aku hanya ingin agar aku semakin dekat padaNya bukan hanhya untuk aku tetapi semua orang yang sudah tak ada kata permainan lagi, akan tetapi segalanaya seolah permainan.
Mengatasnamakan identitas bersama tetapi ternyata hanya keperluan pribadim ya sama halnya dengan aku, yang masih tak mengerti mengapa semua yang seharusnya tak ada permainan lagim tetaapi semua layaknya permainan mereka jadikan itu pengganti mas akecil?/// entahlah aku hanya berharap DIA masih dan terus memlukku merengkuh dan sealu menjaga aku dari apaapun. Istighfar …
Memang terkadang aku berpikir orag baik adakalanya tak beda dena orang bodoh, hanya dimanfaatkan/ah hanya prasangka ku, dan ini sangatlah tidak mungkin, tuhan jauhkan aku dari segala pikiran syetan yang merasuki pikiranku…  tuhan sadarkan aku dan hamba hambaMU yang lain yang masih menganggap semua ini adalah permainan layaknya masa kecil dahulu.  
“Barang siapa  lepaskan dari seorang muslim datu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah lepaskan-dia daripada satu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan akhirat; dan barang siapa member kelonggaran kepada seorang yang susah, niscaya Allah member kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barang siapa menurup seorng muslim (aib) niscaya Allah tutup dia di dunia dan akhirat; dan Allah menolong seseorang selama ia menolong saudaranya”. (HR. Bukhari – Tarjamah Bulughul marram ; Ibnu Hajar Al-‘Asqalani hal. 669 ; penerbit dipenogoro bandung. 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar